Hope; 3 of 3

Hari itu, badai bertiup
dengan kencangnya hingga baju tertebal sekalipun tidak mampu menahan amukannya
yang menembus kulit, dan untuk pertama kalinya, api biru menyala yang selalu
menerangi Niflheim, padam ditelan salju. Hari kembali disinari oleh sang
surya, namun cahayanya sendiri tidak cukup untuk menembus tebalnya langit yang
sudah mengamuk. Gerbang kerajaan terbuka lebar, membawa masuk terpaan angin
kencang dan sebuah suar harapan yang lama hilang. Joruska, bersama dengan Yuv
dan Goru dengan cepat berlari masuk kedalam, dimana mereka melihat bahwa
keadaan kota sangatlah sepi, tidak ada satupun orang terlihat.
Walaupun tidak ada
penjaga sejauh mata memandang, mereka tetap bersiaga. Yuv dan Goru bersembunyi
dibalik Joruska yang bersiap dengan busurnya. Si beruang dan para serigala yang
ingin mengikuti langkah mereka dihentikan oleh Joruska untuk ikut. “Diamlah
diluar sini, aku janji kita akan kembali dengan aman.” Para serigala kemudian
mengerumuni Joruska dan menjilati wajahnya seakan mendoakan keamanan mereka,
begitu pula si beruang yang menarik Joruska untuk berpelukan. “Ahah, iya, aku
sayang kalian juga, bisa lepaskan aku sekarang? Kita tidak punya banyak waktu.”
Joruska terjatuh ke salju saat dilepaskan dari pelukan si beruang, yang
kemudian langsung berdiri dan membersihkan dirinya dari salju.
Mereka bertiga pun menginspeksi
dan melihat lebih dekat daerah perkotaan dan benar saja, memang tidak ada
seorang pun bahkan didalam perumahan. “Uh...Joruska, dimana para penduduk
berada?” Tanya Yuv dengan penuh rasa takut akan keadaan para orang yang hilang.
“Ya, tidak mungkin mereka menghilang ditelan bumi begitu saja!” Lanjut Goru
yang tetap berada dibelakang Joruska selagi mereka menyusuri jalanan perkotaan.
“Aku sendiri juga tidak
tau tentang keberadaan mereka, namun aku harap mereka tetaplah aman dan
selamat.” Joruska meyakinkan kedua anak tersebut, walaupun dirinya sendiri juga
merasa sedikit tidak nyaman pula tentang hal ini. Mereka bertiga berhenti
ketika ada seorang pria dipenuhi luka disekujur tubuhnya. Dengan segera Joruska
berlari kearahnya dan menahan agar ia tidak terjatuh. “Apa yang terjadi
disini?”
“Yang Mulia...dia dalam
bahaya...” Joruska menyandarkan pria tersebut ke salah sati dinding bangunan
dan memberinya minuman agar ia bisa berbicara lebih baik. “Aku melihat, Yang
Mulia...pingsan dan tertidur di ruangannya...sedangkan, para Vaetta,
mereka-“ Tiba-tiba sebuah bola sihir meluncur dan menembus dada pria tersebut,
mengambil jiwanya dan kembali ke arah datangnya dengan cepat.
“Joruska, lihat!” Goru
menunjuk keatas salah satu bangunan dan sebuah sekelebat bayangan menghilang
saat tempat bersembunyinya terbongkar. “Joruska, jangan hanya terdiam saja,
ayo! Mungkin saja orang tadi punya jawaban yang kita cari!” Tanpa pikir
panjang, Joruska terpaksa harus meninggalkan tubuh pria malang tersebut dan
mengejar arah perginya bayangan tadi dengan Goru dan Yuv memimpin. “Kesana!”
Mereka melihat bayangan tersebut masuk melalui pintu kastil yang langsung
mengarah ke kuil didalam. Joruska dengan gesit menembakkan anak panahnya namun
tidak mengenai figur bayangan tersebut, melainkan hanya sebuah sobekan kecil
dari pakaiannya.
“Padahal hampir kena...”
Ujar Joruska yang perlahan mendekati anak panahnya yang menancap di dinding dan
mencabutnya, serta mengambil potongan kain yang robek dari sosok misterius
tadi. “Kain ini...aku mengenali polanya. Ini adalah pakaian seremonial keluarga
kerajaan. Tapi mereka tidak mungkin mampu melakukan sihir seperti itu,
kecuali...” Joruska yang tau kemana arah semua ini segera memasukkan anak
panahnya kembali dan mendobrak masuk kedalam kuil, diikuti oleh Yuv dan Goru
yang terkejut melihat keadaan kuil dipenuhi oleh bola sihir sama seperti yang
tadi mengambil jiwa pria tadi. “Apa yang...?”
Goru dan Yuv
melihat-lihat seisi kuil, aroma dupa yang memenuhi ruangan berhawa dingin tersebut
sangatlah tajam nan harum bagaikan sebuah alunan irama indah para wanita
kerajaan. “Mereka semua berisi jiwa orang-orang, dan lihat! Yang satu ini
terlihat berbeda dari yang lainnya!” Goru menunjuk satu bola yang berwarna ungu
kehitaman, dan nampaknya dipenuhi dengan ketentraman dan kedamaian. “Apa
mungkin itu...jiwa Yang Mulia Heridith?” Ujar Yuv yang menyentuh permukaan
dingin bola tersebut dengan perlahan. Joruska hanya memperhatikan semua hal
mengerikan yang telah terjadi kepada penduduk yang ia bersumpah untuk lindungi.
Tiba-tiba, pintu depan
kuil terbuka dan Herja, beserta pengikutnya muncul dengan wajahnya yang selalu
tersenyum. “Aah, sebuah kehormatan untuk dirimu kembali, Fyrstr Vaetta,
tapi sayang sekali ini bukanlah hari untuk membawa anak ke tempat kerja,
tidakkah begitu?” Joruska langsung mengarahkan panahnya kehadapan Herja setelah
ia selesai dengan perkataannya. Herja hanya tertawa kecil dan perlahan
mendorong turun ujung panah yang ada dihadapannya. “Sopankah untuk melakukan
itu kehadapan raja barumu, wahai Joruska? Tidakkah kalian para Vaetta
memiliki sumpah untuk selalu mengikuti rajamu?”
Joruska terdiam sejenak
dan menurunkan panahnya, menghela nafas yang dalam untuk menenangkan dirinya.
“Kau benar. Tapi sayangnya kau tidak membaca seluruh isi sumpah tertulis
tersebut.” Dengan gesit Joruska menarik dua anak panah dan menembakkannya
kearah pengikutnya, melumpuhkan mereka dan langsung meninju perut Herja dan
mendorong tubuhnya agar tidak menghalangi pintu. “Anak-anak, ayo cepat!” Yuv
dan Goru langsung berlari mengikuti Joruska namun seketika langkahnya
dihentikan, tubuhnya seakan membeku ditempat tidak peduli sesulit apapun ia
mencoba. “Hnggh! Apa ini...?”
Herja bangkit kembali dari
serangan sang Fyrstr Vaetta, tongkatnya bercahaya mengeluarkan mantra
sihir yang menghentikan tubuh Joruska untuk bergerak. “Ugh...aku seharusnya
membunuhmu saat itu, tapi setidaknya aku bisa melakukan eksekusi mati untukmu
sendiri!” Ia mengetukkan tongkatnya ke lantai dan Joruska terangkat melayang di
udara, tubuhnya kemudian terbanting ke lantai dan otot-otot dari tangannya
seakan tertarik secara perlahan. “Yaa, menderitalah! Teriakan untukku tangisan
permohonan ampunmu kepada aku, raja baru Niflheim!”
Goru dan Yuv perlahan
menyelinap kebelakang Herja saat ia sedang sibuk merapalkan mantranya dan memukul
dengan kepalanya menggunakan sebatang besi yang mereka temukan. Tubuh Joruska
pun lepas dari ikatan mantra Herja dan ia tidak sadarkan diri akibatnya.
“Joruska? Joruska, bangunlah! Kita harus membangunkan sang raja dan mencari
para Vaetta!” Goru mendorong-dorong tubuh Joruska yang tidak sadarkan
diri, berharap ia akan terbangun. “Hei, hei, tenangkan dirimu, Go, ia masihlah
bernapas, namun detak jantungnya agak lemah. Kita harus mencari cara untuk
memulihkan dirinya.” Ujar Yuv kepada Goru, yang kemudian mengangguk dan bersama
mereka menggendong tubuh sang Fyrstr Vaetta.
“Kudengar ada sumber mata
air di bawah kastil yang bisa dengan ajaibnya menyembuhkan para Vaetta
setelah tugas mereka! Mungkin kita bisa kesana dan membawa Joruska untuk
menyembuhkannya.” Ujar Goru dengan senyum girangnya yang penuh semangat. Yuv
hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapan Goru selagi mereka membawa tubuh
Joruska turun melalui sebuah tangga. “Baiklah, tapi aku tidak tau apakah mata
air ini benar adanya atau tidak, kau tau bagaimana orang-orang di desa suka
menyebarkan berita palsu.” Balas Yuv yang membuat Goru nampak sedikit kesal layaknya
seorang anak kecil. “Percayalah, Yuv! Aku tau sebuah kenyataan saat aku
mendengarnya!” Gerutu Goru.
Perlahan mereka melalui
lorong bawah tanah yang hanya diterangi oleh obor kecil dengan api birunya yang
menyala hangat. Semakin jauh mereka masuk, semakin jelas mereka dengar sebuah
suara deras air jatuh. Diujung lorong, mereka menemukan sumber mata air Niflheim
yang bisa menyembuhkan segala luka dengan cepat, namun mereka juga menemukan
tubuh para Vaetta tergeletak diseluruh ruangan, tidak bernapas namun
tidak juga mati “Mereka semua juga sama seperti para penduduk...jiwa mereka
dicuri oleh para penyihir tersebut.” Bisik Yuv sambil melihat semua tubuh yang
bergelimpangan. Kedua anak muda tersebut perlahan menaruh tubuh Joruska dibawah
arus tenang air yang mengalir dari atas sebuah pipa berbentuk kepala naga. Ternyata
rumor tersebut benar, perlahan Joruska mulai tersadar dan Goru merupakan yang
paling senang dengan kembalinya Joruska. “Berhasil, berhasil! Lihat, Yuv? Sudah
kubilang ini memang benar berita nyata!”
“Hnghh...anak-anak?
Astaga, anak-anak! Kalian tidak apa-apa?” Yang pertama Joruska utamakan saat
dirinya mulai sadar adalah Yuv dan Goru dan bukanlah tubuhnya yang masih
menyembuhkan diri. Ia mendesis kesakitan akibat berusaha bangun secara langsung
dari tempatnya. “Ow, ow, tanganku...rasanya seperti ingin putus saja...kalian
yang membawaku kemari? Kurasa kalian memanglah kuat.” Puji Joruska selagi
merendam dirinya lebih dalam ke mata air penyembuh tersebut.
“Tentu saja! Kami adalah
anak tangguh yang dibesarkan di Ymir, kami sudah biasa mengangkat beban
yang lebih berat dari ini!” Goru tertawa dengan girang dan merasa hebat setelah
mendengar pujian tersebut, begitu juga Yuv yang ikut tertawa dengannya.
“Joruska kau harus tetap beristirahat hingga keadaanmu pulih, lalu kita bisa lanjut
dengan-“ Ucapan Yuv terpotong saat ada suara langkah kaki dalam.jumlah yang
banyak turun mengarah ke mereka bertiga.
“Yuv, Goru, sembunyi
dibelakang patung disana. Aku bisa mengatasi ini.” Joruska perlahan keluar dari
rendaman mata air tersebut dan mengambil panah dan busur yang Goru dan Yuv bawa
dan kemudian kedua pemuda tersebut bersembunyi dibalik patung seperti yang
diperintahkan. Asal suara langkah kaki tersebut adalah segerombolan pengikut
Herja, bersiap dengan peralatan sihir mereka untuk menyerang Joruska. “Kita
lihat apakah ‘panah tumpul’ ini bisa kalian kalahkan dengan mudah seperti yang
ia katakan.”
Joruska yang pertama
bergerak dan dengan cepat melancarkan serangannya. Pertarungan yang riuh
tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, namun Yuv dan Goru nampaknya
terpukau dengan aksi dan kelihaian Joruska dalam menangani begitu banyaknya
lawan baik secara jauh dan dekat dengan mudahnya. Yuv tiba-tiba mendapatkan
sebuah ide cemerlang yang mungkin saja berhasil. “Go, ikut denganku, kita akan
menyelamatkan Niflheim.” Ujar Yuv yang menarik Goru yang keasyikan
menonton pertarungan tersebut dari balik patung tersebut. “Tapi, Yuuuv!”
“Ayolah, Go! Kita tidak punya banyak waktu!” Goru pun akhirnya menurut dan
dengan cepat mereka menyelinap keluar dari keributan tersebut.
Goru dan Yuv berlari
kembali kearah kuil yang masih terbuka dan kemudian mencari bola sihir berwarna
ungu yang tadi mereka temukan diawal. “Yuv, apa yang sebenarnya kita cari?
Semua bola sihir disini sama!” Gerutu Goru sambil menunjuk semua bola sihir
yang ada di seluruh daerah kuil. “Ya, kecuali satu.” Yuv kemudian menunjuk satu
yang berwarna ungu dan mereka berdua pun segera mengambilnya. “Baiklah, Yuv,
sekarang apa?” Tanya Goru sambil memandang Yuv dengan ekspresi yang
kebingungan. Yuv untuk sejenak juga memandang Goru lalu mengalihkan kembali
perhatiannya ke bola sihir ungu tersebut. “Kita pecahkan bola ini dan lepaskan
jiwa dari yang mulia.”
Goru terkejut mendengar ide
gila Yuv dan segera menghentikannya sebelum ia bisa menghancurkan bola
tersebut. “Yuv, kita bahkan tidak tau apakah ini cara yang tepat! Kalau salah,
kau bisa dianggap membunuh Yang Mulia Heridith nantinya!” Yuv sejenak berhenti,
memikirkan kembali pilihannya dan perlahan menaruh bola sihir tersebut. “Ya,
mungkin kau ada benarnya...” Saat ia kembali menaruh bola tersebut, tiba-tiba
saja permukaannya retak dan pecah berkeping-keping. Mereka berdua hanya menatap
serpihan-serpihan kaca tersebut sejenak namun terkejut saat kepulan asap
bercahaya keluar dan meluncur menuju ruangan sang raja. “Kita harus-“ Goru
terhenti ditempat begitu pula dengan Yuv yang kemudian melayang diudara secara
perlahan...
Disisi lain, Joruska
telah selesai dan mengalahkan semua pengikut Herja. “Kurasa sihir kalian memang
payah sekali.” Joruska memeriksa dibalik patung tempat Yuv dan Goru seharusnya
bersembunyi, namun tidak menemukan keberadaan mereka disana. “Anak-anak?
Anak-anak!!” Joruska segera berlari naik dan melihat Herja menahan kedua anak
muda tersebut dengan sihirnya. “Lepaskan mereka berdua sekarang juga, kalau kau
masih sayang terhadap nyawamu, bulu burung!” Teriaknya sambil membidikkan
panahnya kearah kepala Herja.
Herja hanya tertawa
terbahak-bahak mendengar ancaman Joruska, seakan itu bukanlah apa-apa melainkan
lelucon. “Kau? Membunuhku? Hah, omong kosong! Jika kau membunuhku, para pemuda
ini tidak akan melihat cahaya mentari diesok harinya.” Joruska seketika goyah
dan bidikannya bergetar. Herja menyeringai dengan lebar melihat lawannya
dipenuhi kepanikan dan keringat yang mengucuri tubuhnya dengan deras.
“Tunjukkanlah bahwa dirimu adalah seorang pahlawan, Joruska, yang rela
berkorban untuk penduduk Niflheim.” Ucapan dingin Herja menusuk telinga
Joruska namun masih tidak cukup untuk menjatuhkan dirinya.
“Tidak...aku bukanlah
seorang pahlawan. Aku...adalah harapan yang penuh belas kasihan dan cinta untuk
menyinari mereka yang telah ditelan kegelapan kembali menuju cahaya.” Joruska
melemparkan panah dan busurnya ke tanah dan tersenyum kehadapan Herja yang
membuat sang penyihir bingung dengan perubahan sikap Joruska yang terjadi
seketika. “Ya, kau benar, aku tidak bisa membunuh orang lain. Tapi mungkin Yang
Mulia bisa membunuh batinmu dengan mudah, tidak kah begitu, rajaku?” Joruska
menghadap ke tangga dan sebuah bayangan telah berdiri disana dengan gagahnya,
mata ungunya menyala penuh dengan kilauan resolusi.
“Kau menikmati tahtamu,
Herja?” Yang Mulia Heridith pun perlahan berjalan turun dari tangga, membawa
pedang besar yang berkilau ungu dibawah cahaya biru api anglo. “Kau telah
berani memanipulasi kekuatan kami, berani menginjakkan kakimu di tanah suci
ini, berani memadamkan kobaran api semangat kami dengan niat licikmu, namun kini,
gedung perkasa yang kau bangun telah runtuh dalam sekejap.” Heridith
mengarahkan pedang besarnya kearah Herja dengan tatapan tajam. “Sekarang
lepaskan kedua pemuda berani tersebut dari sihirmu, Herja.”
Herja hanya terdiam,
ekspresinya yang tadinya dipenuhi rasa kemenangan langsung menjadi kekosongan,
hampa tanpa adanya sedikitpun guratan. “Baiklah...Yang Mulia...” Ia perlahan
menurunkan Yuv dan Goru namun secara tiba-tiba ia melemparkan kedua pemuda
tersebut kearah anglo besar yang berada dibelakang Joruska dan Heridith. Dengan
segera ia langsung menghilang dari pandangan menggunakan sihirnya.
Heridith dan Joruska
dengan sigap menangkap kedua pemuda tersebut namun secara tidak sengaja
menyenggol anglo besar tersebut hingga menyebabkannya oleng. “Yang Mulia,
awas!!” Joruska langsung mendorong Heridith dan Goru dari arah datangnya anglo,
dan dirinya bersama Yuv langsung menghindar kebelakang dengan cepat. Api biru
dari anglo tersebut seketika padam ketika menyentuh permukaan dingin lantai
kastil. “Yang Mulia, Goru, kalian tidak apa-apa?”
“Tadi itu...luar biasa!”
Teriak Yuv dengan girang diikuti oleh Goru yang hanya tertawa senang melihat
reaksi temannya. “Ini adalah petualangan terhebat yang pernah kita jalani,
tidakkah begitu Goru?” Goru mengangguk terhadap pernyataan Yuv dengan senyum
lebar manisnya. “Bibi dan yang lainnya akan sangat senang mendengar ini dari
kita, hahah!”
“Ah, apakah kalian berdua
pemuda dari desa Ymir?” Tanya Heridith yang kemudian dijawab oleh Yuv
dan Goru dengan anggukan kepala mereka. “Aku...meminta maaf atas keteledoranku
sebagai seorang raja. Aku telah ditelan oleh tipu muslihat dari bisa ular,
namun pada akhirnya berkat kalian, aku pun terbebas dari jeratannya. Terima
kasih.” Heridith kemudian memalingkan pandangannya kearah Joruska dan
mengangguk untuk meyakinkan sang Fyrstr Vaetta.
Semua bola sihir yang
menahan jiwa para penduduk dan Vaetta dilepas satu per satu, dan api
biru kembali berkobar lebih terang dari sebelumnya. Heridith membuka lebar
gerbang ibukota untuk semua penduduk desa dari segala penjuru Niflheim
untuk berlindung dari mara bahaya. Para Vaetta kembali ditugaskan untuk berjaga,
dan pengikut Herja? Mereka ditahan atas tindakan mereka yang menentang Yang
Mulia Heridith. Joruska tetap menjalankan sumpah dan tugasnya sebagai sang Fyrstr
Vaetta, mengembara menembus kuatnya terpaan salju untuk menebarkan harapan
kepada mereka yang membutuhkan. Tidak peduli apapun tmrintangannya, Niflheim
akan selalu berdiri untuk menghadapinya dengan penuh keberanian...
“Aaw, ayah ceritakan lagi
cerita itu! Aku ingin mendengarnya lagi!”
“Ahah, ayah sudah lelah,
bagaimana kalau kau pergi bermain diluar bersama yang lain?”
“Hmph! Baiklah kalau
begitu...”
“Ayolah, tersenyumlah
sedikit sayang, apakah aku perlu memanggil paman Goru untuk mengajakmu
bermain?”
“Hee hee, boleh! Ayo kita
cari dia bersama ayah!”
“Hei, hei, pelan-pelan
nak! Hahah!”
Tamat...

No comments
Bad Comment Will Be Forgiven