• Breaking News

    Hope; 3 of 3

    FiverrJhoni20

     


     

    Hari itu, badai bertiup dengan kencangnya hingga baju tertebal sekalipun tidak mampu menahan amukannya yang menembus kulit, dan untuk pertama kalinya, api biru menyala yang selalu menerangi Niflheim, padam ditelan salju. Hari kembali disinari oleh sang surya, namun cahayanya sendiri tidak cukup untuk menembus tebalnya langit yang sudah mengamuk. Gerbang kerajaan terbuka lebar, membawa masuk terpaan angin kencang dan sebuah suar harapan yang lama hilang. Joruska, bersama dengan Yuv dan Goru dengan cepat berlari masuk kedalam, dimana mereka melihat bahwa keadaan kota sangatlah sepi, tidak ada satupun orang terlihat.

    Walaupun tidak ada penjaga sejauh mata memandang, mereka tetap bersiaga. Yuv dan Goru bersembunyi dibalik Joruska yang bersiap dengan busurnya. Si beruang dan para serigala yang ingin mengikuti langkah mereka dihentikan oleh Joruska untuk ikut. “Diamlah diluar sini, aku janji kita akan kembali dengan aman.” Para serigala kemudian mengerumuni Joruska dan menjilati wajahnya seakan mendoakan keamanan mereka, begitu pula si beruang yang menarik Joruska untuk berpelukan. “Ahah, iya, aku sayang kalian juga, bisa lepaskan aku sekarang? Kita tidak punya banyak waktu.” Joruska terjatuh ke salju saat dilepaskan dari pelukan si beruang, yang kemudian langsung berdiri dan membersihkan dirinya dari salju.

    Mereka bertiga pun menginspeksi dan melihat lebih dekat daerah perkotaan dan benar saja, memang tidak ada seorang pun bahkan didalam perumahan. “Uh...Joruska, dimana para penduduk berada?” Tanya Yuv dengan penuh rasa takut akan keadaan para orang yang hilang. “Ya, tidak mungkin mereka menghilang ditelan bumi begitu saja!” Lanjut Goru yang tetap berada dibelakang Joruska selagi mereka menyusuri jalanan perkotaan.

    “Aku sendiri juga tidak tau tentang keberadaan mereka, namun aku harap mereka tetaplah aman dan selamat.” Joruska meyakinkan kedua anak tersebut, walaupun dirinya sendiri juga merasa sedikit tidak nyaman pula tentang hal ini. Mereka bertiga berhenti ketika ada seorang pria dipenuhi luka disekujur tubuhnya. Dengan segera Joruska berlari kearahnya dan menahan agar ia tidak terjatuh. “Apa yang terjadi disini?”

    “Yang Mulia...dia dalam bahaya...” Joruska menyandarkan pria tersebut ke salah sati dinding bangunan dan memberinya minuman agar ia bisa berbicara lebih baik. “Aku melihat, Yang Mulia...pingsan dan tertidur di ruangannya...sedangkan, para Vaetta, mereka-“ Tiba-tiba sebuah bola sihir meluncur dan menembus dada pria tersebut, mengambil jiwanya dan kembali ke arah datangnya dengan cepat.

    “Joruska, lihat!” Goru menunjuk keatas salah satu bangunan dan sebuah sekelebat bayangan menghilang saat tempat bersembunyinya terbongkar. “Joruska, jangan hanya terdiam saja, ayo! Mungkin saja orang tadi punya jawaban yang kita cari!” Tanpa pikir panjang, Joruska terpaksa harus meninggalkan tubuh pria malang tersebut dan mengejar arah perginya bayangan tadi dengan Goru dan Yuv memimpin. “Kesana!” Mereka melihat bayangan tersebut masuk melalui pintu kastil yang langsung mengarah ke kuil didalam. Joruska dengan gesit menembakkan anak panahnya namun tidak mengenai figur bayangan tersebut, melainkan hanya sebuah sobekan kecil dari pakaiannya.

    “Padahal hampir kena...” Ujar Joruska yang perlahan mendekati anak panahnya yang menancap di dinding dan mencabutnya, serta mengambil potongan kain yang robek dari sosok misterius tadi. “Kain ini...aku mengenali polanya. Ini adalah pakaian seremonial keluarga kerajaan. Tapi mereka tidak mungkin mampu melakukan sihir seperti itu, kecuali...” Joruska yang tau kemana arah semua ini segera memasukkan anak panahnya kembali dan mendobrak masuk kedalam kuil, diikuti oleh Yuv dan Goru yang terkejut melihat keadaan kuil dipenuhi oleh bola sihir sama seperti yang tadi mengambil jiwa pria tadi. “Apa yang...?”

    Goru dan Yuv melihat-lihat seisi kuil, aroma dupa yang memenuhi ruangan berhawa dingin tersebut sangatlah tajam nan harum bagaikan sebuah alunan irama indah para wanita kerajaan. “Mereka semua berisi jiwa orang-orang, dan lihat! Yang satu ini terlihat berbeda dari yang lainnya!” Goru menunjuk satu bola yang berwarna ungu kehitaman, dan nampaknya dipenuhi dengan ketentraman dan kedamaian. “Apa mungkin itu...jiwa Yang Mulia Heridith?” Ujar Yuv yang menyentuh permukaan dingin bola tersebut dengan perlahan. Joruska hanya memperhatikan semua hal mengerikan yang telah terjadi kepada penduduk yang ia bersumpah untuk lindungi.

    Tiba-tiba, pintu depan kuil terbuka dan Herja, beserta pengikutnya muncul dengan wajahnya yang selalu tersenyum. “Aah, sebuah kehormatan untuk dirimu kembali, Fyrstr Vaetta, tapi sayang sekali ini bukanlah hari untuk membawa anak ke tempat kerja, tidakkah begitu?” Joruska langsung mengarahkan panahnya kehadapan Herja setelah ia selesai dengan perkataannya. Herja hanya tertawa kecil dan perlahan mendorong turun ujung panah yang ada dihadapannya. “Sopankah untuk melakukan itu kehadapan raja barumu, wahai Joruska? Tidakkah kalian para Vaetta memiliki sumpah untuk selalu mengikuti rajamu?”

    Joruska terdiam sejenak dan menurunkan panahnya, menghela nafas yang dalam untuk menenangkan dirinya. “Kau benar. Tapi sayangnya kau tidak membaca seluruh isi sumpah tertulis tersebut.” Dengan gesit Joruska menarik dua anak panah dan menembakkannya kearah pengikutnya, melumpuhkan mereka dan langsung meninju perut Herja dan mendorong tubuhnya agar tidak menghalangi pintu. “Anak-anak, ayo cepat!” Yuv dan Goru langsung berlari mengikuti Joruska namun seketika langkahnya dihentikan, tubuhnya seakan membeku ditempat tidak peduli sesulit apapun ia mencoba. “Hnggh! Apa ini...?”

    Herja bangkit kembali dari serangan sang Fyrstr Vaetta, tongkatnya bercahaya mengeluarkan mantra sihir yang menghentikan tubuh Joruska untuk bergerak. “Ugh...aku seharusnya membunuhmu saat itu, tapi setidaknya aku bisa melakukan eksekusi mati untukmu sendiri!” Ia mengetukkan tongkatnya ke lantai dan Joruska terangkat melayang di udara, tubuhnya kemudian terbanting ke lantai dan otot-otot dari tangannya seakan tertarik secara perlahan. “Yaa, menderitalah! Teriakan untukku tangisan permohonan ampunmu kepada aku, raja baru Niflheim!”

    Goru dan Yuv perlahan menyelinap kebelakang Herja saat ia sedang sibuk merapalkan mantranya dan memukul dengan kepalanya menggunakan sebatang besi yang mereka temukan. Tubuh Joruska pun lepas dari ikatan mantra Herja dan ia tidak sadarkan diri akibatnya. “Joruska? Joruska, bangunlah! Kita harus membangunkan sang raja dan mencari para Vaetta!” Goru mendorong-dorong tubuh Joruska yang tidak sadarkan diri, berharap ia akan terbangun. “Hei, hei, tenangkan dirimu, Go, ia masihlah bernapas, namun detak jantungnya agak lemah. Kita harus mencari cara untuk memulihkan dirinya.” Ujar Yuv kepada Goru, yang kemudian mengangguk dan bersama mereka menggendong tubuh sang Fyrstr Vaetta.

    “Kudengar ada sumber mata air di bawah kastil yang bisa dengan ajaibnya menyembuhkan para Vaetta setelah tugas mereka! Mungkin kita bisa kesana dan membawa Joruska untuk menyembuhkannya.” Ujar Goru dengan senyum girangnya yang penuh semangat. Yuv hanya bisa tertawa kecil mendengar ucapan Goru selagi mereka membawa tubuh Joruska turun melalui sebuah tangga. “Baiklah, tapi aku tidak tau apakah mata air ini benar adanya atau tidak, kau tau bagaimana orang-orang di desa suka menyebarkan berita palsu.” Balas Yuv yang membuat Goru nampak sedikit kesal layaknya seorang anak kecil. “Percayalah, Yuv! Aku tau sebuah kenyataan saat aku mendengarnya!” Gerutu Goru.

    Perlahan mereka melalui lorong bawah tanah yang hanya diterangi oleh obor kecil dengan api birunya yang menyala hangat. Semakin jauh mereka masuk, semakin jelas mereka dengar sebuah suara deras air jatuh. Diujung lorong, mereka menemukan sumber mata air Niflheim yang bisa menyembuhkan segala luka dengan cepat, namun mereka juga menemukan tubuh para Vaetta tergeletak diseluruh ruangan, tidak bernapas namun tidak juga mati “Mereka semua juga sama seperti para penduduk...jiwa mereka dicuri oleh para penyihir tersebut.” Bisik Yuv sambil melihat semua tubuh yang bergelimpangan. Kedua anak muda tersebut perlahan menaruh tubuh Joruska dibawah arus tenang air yang mengalir dari atas sebuah pipa berbentuk kepala naga. Ternyata rumor tersebut benar, perlahan Joruska mulai tersadar dan Goru merupakan yang paling senang dengan kembalinya Joruska. “Berhasil, berhasil! Lihat, Yuv? Sudah kubilang ini memang benar berita nyata!”

    “Hnghh...anak-anak? Astaga, anak-anak! Kalian tidak apa-apa?” Yang pertama Joruska utamakan saat dirinya mulai sadar adalah Yuv dan Goru dan bukanlah tubuhnya yang masih menyembuhkan diri. Ia mendesis kesakitan akibat berusaha bangun secara langsung dari tempatnya. “Ow, ow, tanganku...rasanya seperti ingin putus saja...kalian yang membawaku kemari? Kurasa kalian memanglah kuat.” Puji Joruska selagi merendam dirinya lebih dalam ke mata air penyembuh tersebut.

    “Tentu saja! Kami adalah anak tangguh yang dibesarkan di Ymir, kami sudah biasa mengangkat beban yang lebih berat dari ini!” Goru tertawa dengan girang dan merasa hebat setelah mendengar pujian tersebut, begitu juga Yuv yang ikut tertawa dengannya. “Joruska kau harus tetap beristirahat hingga keadaanmu pulih, lalu kita bisa lanjut dengan-“ Ucapan Yuv terpotong saat ada suara langkah kaki dalam.jumlah yang banyak turun mengarah ke mereka bertiga.

    “Yuv, Goru, sembunyi dibelakang patung disana. Aku bisa mengatasi ini.” Joruska perlahan keluar dari rendaman mata air tersebut dan mengambil panah dan busur yang Goru dan Yuv bawa dan kemudian kedua pemuda tersebut bersembunyi dibalik patung seperti yang diperintahkan. Asal suara langkah kaki tersebut adalah segerombolan pengikut Herja, bersiap dengan peralatan sihir mereka untuk menyerang Joruska. “Kita lihat apakah ‘panah tumpul’ ini bisa kalian kalahkan dengan mudah seperti yang ia katakan.”

    Joruska yang pertama bergerak dan dengan cepat melancarkan serangannya. Pertarungan yang riuh tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, namun Yuv dan Goru nampaknya terpukau dengan aksi dan kelihaian Joruska dalam menangani begitu banyaknya lawan baik secara jauh dan dekat dengan mudahnya. Yuv tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang yang mungkin saja berhasil. “Go, ikut denganku, kita akan menyelamatkan Niflheim.” Ujar Yuv yang menarik Goru yang keasyikan menonton pertarungan tersebut dari balik patung tersebut. “Tapi, Yuuuv!” “Ayolah, Go! Kita tidak punya banyak waktu!” Goru pun akhirnya menurut dan dengan cepat mereka menyelinap keluar dari keributan tersebut.

    Goru dan Yuv berlari kembali kearah kuil yang masih terbuka dan kemudian mencari bola sihir berwarna ungu yang tadi mereka temukan diawal. “Yuv, apa yang sebenarnya kita cari? Semua bola sihir disini sama!” Gerutu Goru sambil menunjuk semua bola sihir yang ada di seluruh daerah kuil. “Ya, kecuali satu.” Yuv kemudian menunjuk satu yang berwarna ungu dan mereka berdua pun segera mengambilnya. “Baiklah, Yuv, sekarang apa?” Tanya Goru sambil memandang Yuv dengan ekspresi yang kebingungan. Yuv untuk sejenak juga memandang Goru lalu mengalihkan kembali perhatiannya ke bola sihir ungu tersebut. “Kita pecahkan bola ini dan lepaskan jiwa dari yang mulia.”

    Goru terkejut mendengar ide gila Yuv dan segera menghentikannya sebelum ia bisa menghancurkan bola tersebut. “Yuv, kita bahkan tidak tau apakah ini cara yang tepat! Kalau salah, kau bisa dianggap membunuh Yang Mulia Heridith nantinya!” Yuv sejenak berhenti, memikirkan kembali pilihannya dan perlahan menaruh bola sihir tersebut. “Ya, mungkin kau ada benarnya...” Saat ia kembali menaruh bola tersebut, tiba-tiba saja permukaannya retak dan pecah berkeping-keping. Mereka berdua hanya menatap serpihan-serpihan kaca tersebut sejenak namun terkejut saat kepulan asap bercahaya keluar dan meluncur menuju ruangan sang raja. “Kita harus-“ Goru terhenti ditempat begitu pula dengan Yuv yang kemudian melayang diudara secara perlahan...

    Disisi lain, Joruska telah selesai dan mengalahkan semua pengikut Herja. “Kurasa sihir kalian memang payah sekali.” Joruska memeriksa dibalik patung tempat Yuv dan Goru seharusnya bersembunyi, namun tidak menemukan keberadaan mereka disana. “Anak-anak? Anak-anak!!” Joruska segera berlari naik dan melihat Herja menahan kedua anak muda tersebut dengan sihirnya. “Lepaskan mereka berdua sekarang juga, kalau kau masih sayang terhadap nyawamu, bulu burung!” Teriaknya sambil membidikkan panahnya kearah kepala Herja.

    Herja hanya tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Joruska, seakan itu bukanlah apa-apa melainkan lelucon. “Kau? Membunuhku? Hah, omong kosong! Jika kau membunuhku, para pemuda ini tidak akan melihat cahaya mentari diesok harinya.” Joruska seketika goyah dan bidikannya bergetar. Herja menyeringai dengan lebar melihat lawannya dipenuhi kepanikan dan keringat yang mengucuri tubuhnya dengan deras. “Tunjukkanlah bahwa dirimu adalah seorang pahlawan, Joruska, yang rela berkorban untuk penduduk Niflheim.” Ucapan dingin Herja menusuk telinga Joruska namun masih tidak cukup untuk menjatuhkan dirinya.

    “Tidak...aku bukanlah seorang pahlawan. Aku...adalah harapan yang penuh belas kasihan dan cinta untuk menyinari mereka yang telah ditelan kegelapan kembali menuju cahaya.” Joruska melemparkan panah dan busurnya ke tanah dan tersenyum kehadapan Herja yang membuat sang penyihir bingung dengan perubahan sikap Joruska yang terjadi seketika. “Ya, kau benar, aku tidak bisa membunuh orang lain. Tapi mungkin Yang Mulia bisa membunuh batinmu dengan mudah, tidak kah begitu, rajaku?” Joruska menghadap ke tangga dan sebuah bayangan telah berdiri disana dengan gagahnya, mata ungunya menyala penuh dengan kilauan resolusi.

    “Kau menikmati tahtamu, Herja?” Yang Mulia Heridith pun perlahan berjalan turun dari tangga, membawa pedang besar yang berkilau ungu dibawah cahaya biru api anglo. “Kau telah berani memanipulasi kekuatan kami, berani menginjakkan kakimu di tanah suci ini, berani memadamkan kobaran api semangat kami dengan niat licikmu, namun kini, gedung perkasa yang kau bangun telah runtuh dalam sekejap.” Heridith mengarahkan pedang besarnya kearah Herja dengan tatapan tajam. “Sekarang lepaskan kedua pemuda berani tersebut dari sihirmu, Herja.”

    Herja hanya terdiam, ekspresinya yang tadinya dipenuhi rasa kemenangan langsung menjadi kekosongan, hampa tanpa adanya sedikitpun guratan. “Baiklah...Yang Mulia...” Ia perlahan menurunkan Yuv dan Goru namun secara tiba-tiba ia melemparkan kedua pemuda tersebut kearah anglo besar yang berada dibelakang Joruska dan Heridith. Dengan segera ia langsung menghilang dari pandangan menggunakan sihirnya.

    Heridith dan Joruska dengan sigap menangkap kedua pemuda tersebut namun secara tidak sengaja menyenggol anglo besar tersebut hingga menyebabkannya oleng. “Yang Mulia, awas!!” Joruska langsung mendorong Heridith dan Goru dari arah datangnya anglo, dan dirinya bersama Yuv langsung menghindar kebelakang dengan cepat. Api biru dari anglo tersebut seketika padam ketika menyentuh permukaan dingin lantai kastil. “Yang Mulia, Goru, kalian tidak apa-apa?”

    “Tadi itu...luar biasa!” Teriak Yuv dengan girang diikuti oleh Goru yang hanya tertawa senang melihat reaksi temannya. “Ini adalah petualangan terhebat yang pernah kita jalani, tidakkah begitu Goru?” Goru mengangguk terhadap pernyataan Yuv dengan senyum lebar manisnya. “Bibi dan yang lainnya akan sangat senang mendengar ini dari kita, hahah!”

    “Ah, apakah kalian berdua pemuda dari desa Ymir?” Tanya Heridith yang kemudian dijawab oleh Yuv dan Goru dengan anggukan kepala mereka. “Aku...meminta maaf atas keteledoranku sebagai seorang raja. Aku telah ditelan oleh tipu muslihat dari bisa ular, namun pada akhirnya berkat kalian, aku pun terbebas dari jeratannya. Terima kasih.” Heridith kemudian memalingkan pandangannya kearah Joruska dan mengangguk untuk meyakinkan sang Fyrstr Vaetta.

    Semua bola sihir yang menahan jiwa para penduduk dan Vaetta dilepas satu per satu, dan api biru kembali berkobar lebih terang dari sebelumnya. Heridith membuka lebar gerbang ibukota untuk semua penduduk desa dari segala penjuru Niflheim untuk berlindung dari mara bahaya. Para Vaetta kembali ditugaskan untuk berjaga, dan pengikut Herja? Mereka ditahan atas tindakan mereka yang menentang Yang Mulia Heridith. Joruska tetap menjalankan sumpah dan tugasnya sebagai sang Fyrstr Vaetta, mengembara menembus kuatnya terpaan salju untuk menebarkan harapan kepada mereka yang membutuhkan. Tidak peduli apapun tmrintangannya, Niflheim akan selalu berdiri untuk menghadapinya dengan penuh keberanian...

    “Aaw, ayah ceritakan lagi cerita itu! Aku ingin mendengarnya lagi!”

    “Ahah, ayah sudah lelah, bagaimana kalau kau pergi bermain diluar bersama yang lain?”

    “Hmph! Baiklah kalau begitu...”

    “Ayolah, tersenyumlah sedikit sayang, apakah aku perlu memanggil paman Goru untuk mengajakmu bermain?”

    “Hee hee, boleh! Ayo kita cari dia bersama ayah!”

    “Hei, hei, pelan-pelan nak! Hahah!”

     

    Tamat...

    FiverJhoni20

    No comments

    Bad Comment Will Be Forgiven

    Post Top

    Post Bottom